Di usianya yang baru 7 tahun, Salsabila harus menghadapi rasa sakit yang gak terbayangkan. Sejak lahir, pipinya membengkak, tangannya menghitam dan berbulu, lalu lama-lama melekuk hingga sulit digerakkan. Sekarang, kakinya pun sudah tak bisa berjalan. Harusnya, Salsa bisa sekolah, bermain, dan tertawa seperti anak-anak lain. Tapi yang bisa dia lakukan hanya mengesot perlahan menggunakan kursinya, menahan sakit yang gak pernah berhenti.

Yang lebih menyedihkan, sejak kecil Salsa belum pernah sekali pun diperiksa ke rumah sakit. Bukan karena keluarganya gak peduli, tapi karena mereka benar-benar gak punya uang. Ibunya pergi meninggalkannya sejak dia berusia 14 bulan, sementara ayahnya merantau dan tak pernah pulang. Kini, Salsa hanya tinggal bersama kakeknya, Pak Hasan, yang berusia 50 tahun. Seorang diri, Pak Hasan mengurus Salsa, sekaligus merawat ibunya yang sudah lansia dan sering sakit-sakitan.

Pak Hasan bekerja sebagai buruh bangunan dengan penghasilan yang gak menentu. Itu pun kalau ada yang menyuruhnya bekerja. Sekali kerja, paling hanya dapat Rp100.000, dan harus cukup untuk makan sehari-hari. Untuk biaya rumah sakit? Bahkan untuk sekadar membeli kasur saja mereka gak mampu, Pak Hasan dan keluarganya hanya tidur beralas tikar tipis di rumah kecil yang dibangunnya sendiri.

Setiap malam, Salsa meringis kesakitan. Tubuhnya panas, tangannya nyut-nyutan. Pak Hasan hanya bisa duduk di sampingnya, menggenggam tangannya yang semakin melemah, lalu berbisik,

"Sabar ya, Nak… sabar…"

Tapi, sampai kapan Salsa harus bersabar menahan sakit tanpa tahu apa penyakitnya? Satu matanya kini sudah tak berfungsi, penglihatannya semakin kabur. Jika terus dibiarkan, kondisinya bisa semakin parah. 

#TemanKebaikan, Salsa butuh bantuan kita agar bisa segera diperiksa dan mendapatkan pengobatan yang layak. Kita bisa jadi harapan untuk Salsa, kita bisa bantu mengurangi rasa sakitnya.