“Kadang kami bingung, Kak… entah sampai kapan masih bisa berteduh di rumah ini. Bisa jadi malam ini pun jadi malam terakhir kami. Rasanya cemas sekali setiap mengingat Ibu belum punya uang untuk bayar tempat tinggal berikutnya. Kalau itu terjadi, kami harus tidur di mana?” ujar salah satu anak panti.

“Sering kali anak-anak menangis. Mereka bilang takut… takut besok sudah tidak bisa lagi memejamkan mata di tempat yang selama ini mereka anggap sebagai rumah.”

Papan bertuliskan RUMAH DIJUAL kini menempel jelas di pagar panti, seolah menjadi tanda bahwa hitungan hari mereka harus meninggalkan tempat ini.

Meski kondisi Panti Samiyah Amal Insani jauh dari nyaman, bagi 43 anak yang tinggal di dalamnya, tempat itu lebih dari sekadar atap untuk berlindung. Di sanalah mereka merasakan hangatnya kebersamaan, seolah memiliki keluarga yang lengkap untuk pertama kalinya.

Anak-anak tetap diam menerima keadaan, meski setiap malam mereka harus berbagi tempat di kasur tipis yang sudah hampir hancur bentuknya. Mereka juga tidak pernah protes walaupun harus mengantre lama untuk memakai kamar mandi yang airnya keruh dan berbau menyengat. Bahkan, kata mereka, setiap kali hujan turun, air sering mengucur dari atap yang bolong.

“Airnya kotor… bau… kalau hujan bocor…” tutur seorang anak panti berusia lima tahun.

Ibu Siti hanya bisa menjawab, “Hampir tiap sudut bangunan ini bocor, Kang. Begitu masuk musim hujan, kami semua sibuk menampung air yang netes dari mana-mana. Kadang kalau hujannya deras sekali, air sampai menggenang setinggi mata kaki. Kasur dan pakaian anak-anak pun sudah tak terhitung berapa kali basah kuyup.”

Yang paling membuat hati hancur adalah melihat bagaimana anak-anak kini harus berbagi satu piring berempat, dengan lauk seadanya, hanya sepotong telur dadar yang dibagi kecil-kecil.

Dengan suara bergetar, Ibu Siti bercerita,

“Justru anak-anak yang minta begitu, Kang. Mereka bilang supaya lebih hemat… supaya uangnya bisa disimpan untuk cari tempat tinggal baru. Mereka takut berpisah dari saya, dari adik-adik dan kakak-kakaknya di sini.”

#TemanKebaikan mungkin saat ini kita bisa tidur dirumah dengan nyaman tanpa harus merasa khawatir hari esok apakah masih bisa tinggal di rumah atau justru di jalanan.