
Jadi Badut Demi Hidupi Cucunya yang Yatim
terkumpul dari target Rp 70.000.000
“Tidak apa-apa, biar saya saja yang menahan haus; yang terpenting cucu saya bisa merasakan serunya naik odong‑odong,” ujar Bu Heni bersemangat sambil mengantar cucunya bermain.
Meski usianya telah mencapai setengah abad, Bu Heni tak ragu menahan lapar; upah yang ia kumpulkan hari itu ia sisihkan sepenuhnya untuk membeli makan, membelikan camilan, dan mengajak cucu tersayang menikmati wahana odong‑odong.
Bukan karena ia sengaja mengajak sang cucu bekerja dari pagi hingga malam; keadaanlah yang memaksa Bu Heni. Tak ada sosok yang bisa menjaga si kecil di rumah—ayahnya sudah tiada, sementara ibunya pergi entah ke mana dan meninggalkannya begitu saja.
Demi memenuhi kebutuhan cucunya, Bu Heni pun memilih menjadi badut jalanan sebagai mata pencaharian.
Ia mesti merogoh kocek 30 ribu rupiah per hari untuk menyewa kostum badut. Dari penghasilan yang bahkan tak mencapai 50 ribu, sebagian besar langsung habis menutupi biaya sewa tersebut.
Sisa uangnya ia alokasikan demi makan dan jajan sang cucu. Bu Heni pun ikhlas menahan lapar agar si kecil bisa merasakan naik odong‑odong.
“Kasihan, Dedek belum pernah merasakan odong‑odong; cuma bisa melihat anak‑anak lain,” tuturnya.
Suaminya—satu‑satunya sandaran hidup—telah berpulang sejak lama, sehingga kini Bu Heni dan cucu kesayangan hanya bertopang satu sama lain.
Ia amat mendambakan masa depan yang lebih layak bagi sang cucu: tumbuh ceria dengan kebutuhan terpenuhi. Setiap kali teringat bahwa si kecil kehilangan kedua orang tua sejak balita, hati Bu Heni diliputi rasa bersalah tak terperikan.
#TemanKebaikan, yuk kita bantu perjuangan Bu Heni hidupi cucu kesayangannya ini. Mari kita bantu agar kehidupan mereka bisa lebih layak dan terpenuhi setiap kebutuhannya!

Jadi Badut Demi Hidupi Cucunya yang Yatim
terkumpul dari target Rp 70.000.000