
Bantu Anak Penjual Kerupuk Bawa Ibunya Cuci Darah
terkumpul dari target Rp 60.000.000
"Aku gak mau ninggalin Ibu sendirian... Aku pengen terus berusaha, gak masalah capek, yang penting Ibu bisa sembuh..." ucap Arya pelan, matanya menatap Ibu yang terbaring lemah.
Begitu lonceng sekolah berbunyi menandakan waktu pulang, Arya (12 tahun) buru-buru meninggalkan kelas dan menuju rumah. Bukan untuk bersantai atau mengisi perut, melainkan mengambil kerupuk dagangan yang harus segera ia bawa keliling. Ia bahkan tak sempat menyuap sesuap nasi—hanya mencium tangan ibunya yang terbaring lemah, lalu kembali melangkah keluar.
“Saya sebenarnya sering larang Arya buat gak usah jualan jauh-jauh. Umurnya masih kecil, saya takut kalau terjadi apa-apa di jalan,” kata Bu Suzan pelan, suaranya mulai goyah. Tapi tiap kali dia pamit, dia selalu nyoba nenangin saya. Katanya, ‘Mah, gak usah takut. Arya kuat kok. Doain aja Arya bisa pulang selamat dan dagangnya laris’.”
Ketika kami menyinggung soal Ayahnya, Arya hanya tersenyum tipis, meski terlihat jelas ada beban yang ia coba sembunyikan di balik matanya. Perlahan ia berkata,
“Ayah pergi sejak Ibu sering sakit, Kak. Sekarang beliau udah punya keluarga baru. Tapi Arya gak marah… Arya cuma pengen nunjukkin kalau Arya bisa jadi anak yang bertanggung jawab, jadi kakak yang baik buat adik-adik.”
Bu Suzan, ibu Arya, mengidap penyakit jantung dan ginjal yang mengharuskannya menjalani cuci darah dua kali seminggu, seumur hidup. Kondisi itulah yang membuat Arya tak pernah berhenti berjualan, meski cuaca tak bersahabat atau tubuhnya sedang tak enak badan.
Setiap hari, Arya menempuh jarak lebih dari 7 kilometer sambil memanggul kerupuk yang cukup banyak. Bagi Arya, setiap kerupuk yang laku berarti satu langkah lebih dekat untuk membawa Ibu ke rumah sakit atau memastikan adik-adiknya bisa makan. Tapi belakangan, dagangannya makin sulit terjual. “Kadang cuma laku enam, paling banyak delapan biji, Kak,” ucap Arya pelan.
Ia pun menunduk, menahan kecewa, “Arya sedih kalau kerupuknya gak habis… Soalnya Ibu gak bisa beli obat yang harus terus diminum. Kalau gak minum obat, Ibu bisa kesakitan banget. Dulu Ibu pernah sampai dirawat lama karena gak kuat nahan sakitnya, kalau lagi sepi pembeli, kami cuma bisa makan seadanya. Arya kasihan sama Ibu dan adik-adik…”
Pengalaman paling berat bagi Arya adalah saat dagangannya tak laku sama sekali. Uang di sakunya hanya Rp8.000, padahal hari itu Ibu harus cuci darah.
“Arya tetep ajak Ibu ke rumah sakit, Kak. Ongkos angkot harusnya Rp15.000, tapi Arya cuma punya Rp8.000. Arya bilang ke sopirnya... alhamdulillah beliau mau bantu. Arya sampai nangis saking leganya.”
Sambil menunggu Ibu, Arya berjualan di sekitar rumah sakit. Untungnya kerupuknya laku. “Jadi bisa pulang… dan adik-adik bisa makan.”
Arya adalah anak luar biasa. Di usianya yang masih 12 tahun, ia rela mengesampingkan masa bermain demi satu hal: kesembuhan Ibunya. Tak pernah mengeluh, tak pernah menyerah—yang ia tahu, ia harus terus berjuang.
Kini Arya butuh kita, Kak. Maukah kita sisihkan sedikit rezeki untuk bantu ringankan langkah kecilnya?

Bantu Anak Penjual Kerupuk Bawa Ibunya Cuci Darah
terkumpul dari target Rp 60.000.000