
10 BAYI TANPA IBU Harus Hidup di Panti Kontrakan
terkumpul dari target Rp 60.000.000
Ketika ibu dan ayah di luar sana sedang berjuang untuk memiliki buah hati tercintanya, 10 bayi di panti ini justru ditinggalkan oleh kedua orang tuanya.
Mereka masih sangat kecil, tapi sudah harus menghadapi dunia tanpa pelukan orang tua. Ada yang ditinggalkan sejak detik pertama lahir, ada yang lahir prematur dengan kondisi gizi buruk, bahkan ada yang tidak diinginkan untuk dirawat. Di usia selembut ini, seharusnya mereka berada dalam hangatnya pelukan ibu—sayangnya, tak semua bayi seberuntung itu.
Di balik pintu sebuah rumah kontrakan sederhana, Bu Imas mengasuh sepuluh bayi yang tak lagi punya tempat berpulang. Setiap dari mereka datang dengan luka yang berbeda—ditinggalkan, dilahirkan dalam kondisi lemah, atau tak pernah diinginkan sejak awal. Ruang tinggal Bu Imas tak luas, tapi cintanya melampaui batas tembok rumah.
Karena tak sanggup menampung semuanya di rumah sendiri, Bu Imas menyewa tempat tinggal tambahan. Biayanya tak sedikit—15 juta per tahun. Itu belum termasuk pengasuh, kebutuhan harian, dan biaya tak terduga lainnya. “Kadang uangnya bingung mau dibagi ke mana. Dibilang cukup enggak, tapi kalau nggak cukup juga… masa iya saya tolak rejeki?” ucapnya pelan.
Untuk banyak orang, mungkin ini sekadar urusan logistik. Tapi bagi Bu Imas, ini soal menyelamatkan masa depan bayi-bayi yang belum sempat mengenal kasih sayang.
Setiap hari, stok susu dan popok di rumah Bu Imas selalu nyaris habis. Bayangkan saja, satu bayi bisa butuh lima popok dalam sehari—kali sepuluh, berarti lima puluh popok setiap hari hanya untuk menjaga mereka tetap bersih dan nyaman. Dan itu belum termasuk jika ada yang jatuh sakit. Karena bayi-bayi ini tinggal berdekatan, satu yang sakit bisa dengan mudah menulari yang lain.
Bu Imas pernah menghadapi hari paling menegangkan: lima bayi terkena diare bersamaan. Salah satunya bahkan nyaris kehilangan nyawa. “Mereka memang bukan anak kandung saya, tapi saya sudah anggap mereka anak saya sendiri,” katanya dengan mata berkaca. “Makanya kalau ada yang sakit, saya langsung panik… takut mereka kenapa-kenapa.”
Bagi Bu Imas, ini bukan sekadar soal merawat—ini soal mencintai sepenuh hati, bahkan ketika yang dirawat bukan darah daging sendiri.
Bayi-bayi ini seharusnya tumbuh dalam pelukan, bukan dalam kekurangan. Kalau bukan kita yang bantu, siapa lagi?
#TemanKebaikan, Satu pack pampers, satu kotak susu—sekecil apapun bantuanmu, sangat berarti untuk mereka.
Halo #TemanKebaikan !
Lihat dan rasakan kebaikan dari kamu yang #BeneranBerdampak untuk semua di link berikut ini ya:)
https://sajiwafoundation.org/publications/sajiwa-news
Mengapa Sajiwa Foundation?
1. Pendampingan yang dilakukan merupakan bentuk Integrasi Kebutuhan Material dan Non Material
2. Memiliki Objektif pendampingan SMART (Specific, Measurable, Achievable, Relevant, Time-Bound) yang disusun berdasarkan asesmen kebutuhan penerima manfaat.
3. Dijalankan dengan prinsip pertemanan yang menyenangkan.
4. Sajiwa Foundation terdaftar dan diawasi oleh Kemenkumham, Dinsos Kota Bandung dan Dinsos Jawa Barat.
5. Setiap bulan Sajiwa Foundation melaporkan Aktivitas Program dan Laporan Keuangan bulanan di laman website.
https://sajiwafoundation.org/
Jl. Atlas Raya No.21, Babakan Surabaya, Kec. Kiaracondong, Kota Bandung, Jawa Barat 40281
02220504715
Hubungi kami jika kamu ingin berkolaborasi lebih lanjut ke nomor resmi ini ya :)
085174166464

10 BAYI TANPA IBU Harus Hidup di Panti Kontrakan
terkumpul dari target Rp 60.000.000