
Perjuangan Hidup Lansia Sebatang Kara Penjual Bandrek
terkumpul dari target Rp 50.000.000
Di usia yang seharusnya menjadi masa istirahat, Abah Elan (69) justru menjalani hidup yang berat sebatang kara, sakit-sakitan, dan tinggal di gudang milik tetangga. Bukan rumah, bukan ruang pribadi, tapi gudang kosong yang tak layak huni.
Sudah 7 tahun Abah hidup sendiri sejak istrinya meninggal karena sakit. Tak ada anak, tak ada keluarga yang menemani. Tempat tinggal satu-satunya hanyalah gudang sempit di belakang rumah tetangganya, yang dipinjamkan secara cuma-cuma.
Namun karena merasa tak enak hati, Abah tidak pernah masuk dari pintu depan. Ia memilih naik pelan-pelan dan masuk lewat jendela samping. “Abah nggak mau ngerepotin. Jadi masuknya dari jendela aja. Pelan-pelan, biar nggak ganggu…” Ucap Abah Elan
Di dalam Gudang, tidur beralaskan Kasur tipis, berselimut kain sarung. Dinding lembap, atap bocor, udara malam sangat menusuk. Ketika dingin datang, asam urat Abah kambuh dan membuat kakinya nyeri luar biasa. Ditambah lagi, Abah juga menderita asma yang bisa kambuh kapan saja. Dengan tubuh renta dan tanpa obat, setiap malam adalah pertaruhan.
Meski begitu, Abah tak menyerah. Setiap hari, ia mendorong gerobak kecil berisi bajigur titipan milik orang lain. Upah yang ia terima sangat kecil sekitar Rp30.000 per hari.
Tubuh Abah sudah lelah. Sangat lelah. Tak jarang saat sedang mangkal menjajakan dagangan, Abah tertidur dalam posisi duduk dengan kepala bersandar di gerobak jualannya. “Kadang Abah ketiduran… ngantuk banget soalnya. Kepala disenderin aja ke gerobak sebentar, nanti bangun lagi…” Ucapnya menahan Lelah.
Penghasilan Rp30.000 jelas tidak cukup. Untuk makan seadanya pun sering tak cukup, apalagi untuk membeli obat atau menyewa tempat tinggal. Namun Abah punya harapan. Harapan sederhana yang mungkin terasa besar baginya, tapi sangat mungkin diwujudkan bersama. “Abah cuma pengen punya tempat tinggal yang layak, nggak kedinginan lagi... Bisa jualan sendiri... biar Abah bisa beli makan dan obat sendiri tanpa ngerepotin siapa-siapa…” Lirih Abah Elan.
Insan Baik, Abah tidak meminta-minta, tapi hari-harinya adalah perjuangan sunyi melawan sakit, dingin, dan rasa malu. Kita bisa jadi keluarga dan harapan nyata untuk abah. Mari bantu sisa hidup Abah agar lebih layak, lebih hangat, dan lebih manusiawi.
Discalimer : Donasi yang terkumpul akan digunakan untuk modal usaha, sandang pangan dan tempat tinggal untuk Abah Elan. Juga akan digunakan untuk penerima manfaat dan implementasi program sosial lainnya dibawah naungan Amal Baik Insani.

Perjuangan Hidup Lansia Sebatang Kara Penjual Bandrek
terkumpul dari target Rp 50.000.000