
Bersamai Perjuangan Abah Dadang Untuk Kehidupan Anaknya
terkumpul dari target Rp 50.000.000
“Selama saya masih bisa dorong kursi roda ini, saya akan terus berjuang buat anak saya,” ucap Abah Dadang, sambil menyeka keringat di dahi yang mulai keriput.
Di tengah hiruk-pikuk kota yang tak pernah benar-benar tidur, tampak sosok lelaki paruh baya itu tiap pagi menyusuri trotoar dengan langkah perlahan namun penuh tekad. Usianya memang 58 tahun, tapi pundaknya seperti memikul beban yang jauh lebih berat daripada angka itu.
Lelaki itu adalah Abah Dadang, dan di kursi roda tua yang ia dorong dengan kasih tanpa henti, duduklah Yusup (26) anak laki-lakinya yang memiliki kebutuhan khusus.
Abah Dadang dan Yusup bukanlah pedagang besar, mereka tak memiliki kios tetap atau etalase menarik. Hanya sebuah kardus usang berisi buku-buku tuntunan agama Islam yang selalu mereka bawa setiap hari. Buku-buku itu bukan milik mereka sepenuhnya, melainkan titipan dari orang lain yang mereka bantu jual kembali. Penghasilan yang mereka dapat pun tak seberapa jika hari baik, bisa membawa pulang Rp30.000. Namun, jika hari sedang sepi, mereka hanya bisa menahan lapar dengan meneguk air putih.
Setiap pagi, Yusup dengan semangat yang luar biasa membantu ayahnya menata buku ke dalam kardus. Meskipun tubuhnya memiliki keterbatasan, semangatnya tidak pernah luntur, ia ingin membalas pengorbanan sang ayah, walau dengan cara-cara kecil seperti membantu sebisanya. Bila di rumah, ia berpindah tempat dengan menggulingkan tubuhnya sendiri, karena ia tahu ayahnya tidak bisa selalu berada di sisinya.
“Kalau Yusup saya tinggal di rumah, siapa yang bantu kalau dia butuh sesuatu.” tutur Abah lagi. Membawa Yusup saat berjualan bukanlah pilihan mudah, tapi itu adalah satu-satunya cara. Rumah mereka kecil, tua, dan kini mulai rusak dimakan usia. Dapur sudah roboh, atap mulai bocor, dan dinding mulai rapuh. Di malam hari, Abah hanya bisa menambal lubang dengan plastik dan kayu seadanya agar angin dan hujan tidak langsung menerpa Yusup.
Namun di balik semua kesulitan itu, Abah Dadang tetap menyimpan harapan. Harapan yang ia ucapkan lirih setiap malam saat menatap Yusup yang terlelap. Ia ingin suatu hari nanti memiliki kursi roda khusus untuk Yusup, yang lebih kokoh dan nyaman, agar jika kursi roda yang mereka miliki rusak, ada cadangannya.
Lebih dari itu, Abah juga ingin membawa Yusup berobat ke tempat yang layak. Selama ini, perawatan hanya dilakukan seadanya karena terbentur biaya. Abah tahu betul bahwa Yusup butuh lebih dari sekadar kesabaran ia butuh penanganan medis yang layak.
Namun impian terbesar Abah Dadang adalah memiliki modal usaha sendiri, agar bisa berjualan dari rumah dan tak perlu lagi membawa Yusup keliling kota. Ia ingin membuka warung kecil, atau mungkin usaha buku yang bisa dikelola tanpa harus jauh-jauh pergi. “Biar Yusup bisa di rumah, istirahat. Kasihan dia kalau panas-panasan atau kehujanan,” katanya sambil memandangi anaknya yang duduk diam, namun tersenyum di kursi rodanya.
Insan Baik, Hidup mereka memang sederhana, bahkan sering kali berada di ambang kekurangan. Tapi dalam rumah kecil yang nyaris roboh itu, ada cinta yang begitu besar, pengorbanan yang tak terukur, dan harapan yang tak pernah padam.
Mari bantu Abah Dadang memiliki kursi roda baru untuk Yusuf, biaya berobat dan modal usaha sederhana.
Disclaimer : Donasi yang terkumpul akan digunakan untuk pengobatan, kursi roda untuk Yusuf dan modal usaha untuk Abah Dadang. Juga akan digunakan untuk penerima manfaat dan implementasi program sosial kemanusiaan lainnya dibawah naungan Amal Baik Insani.

Bersamai Perjuangan Abah Dadang Untuk Kehidupan Anaknya
terkumpul dari target Rp 50.000.000