
Meski Punggungnya Rapuh Ada Semangat Yang Tak Luruh
terkumpul dari target Rp 60.000.000
Di sudut sebuah kota yang ramai, ada seorang nenek berusia 89 tahun bernama Mak Endah. Tubuhnya kecil, langkahnya perlahan, dan punggungnya sudah membungkuk. Namun semangat di matanya tidak pernah padam. Setiap pagi, ketika sebagian orang masih terlelap dalam hangat selimut, Mak Endah sudah berjalan menyusuri gang-gang sempit dengan karung lusuh di pundaknya—menjadi pemulung adalah satu-satunya cara beliau bertahan hidup.

Keseharian Mak Endah diisi oleh perjalanan panjang mencari botol plastik bekas. Penghasilannya tak menentu, kadang hanya 10 ribu hingga 15 ribu rupiah per hari. Sering kali, beliau bahkan tak mendapatkan sepeser pun. Namun Mak Endah tidak pernah mengeluh soal rezeki—yang ia keluhkan justru hanya satu: rasa sakit di kaki dan punggungnya yang kini semakin sering menyiksa.

Dulu, Mak Endah pernah memiliki sebuah tempat tinggal sederhana. Namun suatu malam, orang jahat membakar tempat itu tanpa belas kasihan. Sejak saat itu, beliau tak lagi punya rumah untuk kembali. Kini, satu-satunya tempat berlindung adalah rumah kecil yang sudah reyot di pinggir jalan, ia tinggali bersama adik dan keponakannya yang juga sudah lanjut usia. Mereka hidup saling menopang dalam kondisi yang sama-sama menghawatirkan.

Namun di balik kepahitan hidup itu, Allah menghadirkan cahaya kebaikan. Dalam langkah-langkah lelahnya mengumpulkan botol plastik, Mak Endah sering bertemu orang-orang berhati mulia. Ada yang memberinya sebungkus nasi, ada yang menyelipkan uang kecil di tangannya, dan ada yang sekadar memberikan senyuman yang menenangkan hati. Meski tidak selalu mendapatkan rezeki, Mak Endah tetap melanjutkan perjuangannya setiap hari. Nihil bukan berarti menyerah, begitu prinsipnya.

Di dalam hatinya, Mak Endah menyimpan sebuah harapan kecil: ia ingin membuka warung sembako sederhana. Bukan untuk mengejar kekayaan—hanya agar ia bisa tetap mencari nafkah sambil sesekali duduk beristirahat. Baginya, memiliki usaha kecil yang halal dan penuh keberkahan sudah cukup membuatnya bahagia. Impian itu sederhana, tetapi mencerminkan betapa mulianya hati seorang Mak Endah.

Di usia yang seharusnya menjadi masa beristirahat, Mak Endah justru terus berjuang tanpa mengeluh. Semangatnya menyala, seolah menolak dipadamkan oleh usia maupun cobaan hidup. Dalam tatapan tuanya tersimpan harapan harapan bahwa esok hari akan selalu ada pintu rezeki yang terbuka.
Mak Endah adalah bukti bahwa hati yang kuat dapat mengalahkan segala keterbatasan.
Beliau mungkin hidup dengan serba kekurangan, namun jiwanya kaya akan ketabahan, syukur, dan keikhlasan yang tidak banyak dimiliki orang.
Disclaimer: dana yang terkumpul akan di gunakan oleh mak endah untuk kebutuhan sehari-hari,modal usaha,dan untuk mendukung penerima manfaat lainya di bawah naungan YAYASAN LENTERA PIJAR KEBAIKAN.
Meski Punggungnya Rapuh Ada Semangat Yang Tak Luruh
terkumpul dari target Rp 60.000.000
