
Langkah Tua Penjual Wayang Cepot
terkumpul dari target Rp 60.000.000
Di sudut pasar yang mulai sepi saat senja turun, berdiri seorang kakek renta bernama Abah Dayat, berusia 80 tahun. Tangannya yang bergetar memegang beberapa wayang cepot—tokoh lucu dan penuh canda dalam tradisi Sunda. Ironisnya, di balik wayang yang mengundang tawa itu, tersimpan hati seorang kakek yang penuh luka dan rindu panjang.

Setiap hari, Abah Dayat berjalan pelan menyusuri gang-gang sempit. Lututnya sering terasa ngilu, napasnya kadang tersangkut. Namun ia tetap melangkah. Ia menjual wayang-wayang itu bukan dari jerih payahnya sendiri, melainkan ia mengambil dari orang lain. Dari hasil jerih payah itu, ia hanya mendapatkan 15 sampai 20 ribu rupiah per hari, itupun kalau ada yang membeli.

Sore hari, saat orang-orang pulang disambut keluarga, Abah Dayat justru pulang ke kontrakan kecil yang gelap. Atapnya bocor bila hujan datang, dindingnya mulai rapuh, dan tidak ada suara siapa pun menyambutnya. Ia sendirian, benar-benar sendirian.

Istrinya—satu-satunya tempat ia berbagi keluh dan harap—telah meninggal beberapa tahun yang lalu. Sejak saat itu, anaknya menghilang entah kemana. Tak pernah sekalipun menjenguk atau sekadar menanyakan kabar. Abah tidak tahu apakah ia harus marah atau tetap menunggu dalam doa—yang jelas ia tetap menyimpan rindu yang tak pernah terbalas.

Saat ia duduk sendiri di kontrakannya, memeluk tubuh yang mulai melemah, Abah kerap berbicara pada wayang cepot itu.
> "Cepot, kamu itu lucu. Selalu buat orang tertawa. Padahal Abah… Abah sudah lama tidak tertawa."
Meski hidupnya makin berat, Abah Dayat masih menyimpan seberkas mimpi—mimpi yang sederhana namun berarti:
Ia ingin punya usaha wayangnya sendiri, tak lagi harus menggantungkan penghasilan dari orang lain. Dan ia berharap suatu hari bisa tinggal di tempat yang layak, tak lagi takut hujan karena bocor.

Setiap kali ada yang membeli wayangnya, Abah menundukkan kepala bersyukur, sembari berbisik dalam hati:
> "Semoga suatu hari nanti… Abah bisa melihat matahari tanpa rasa cemas. Semoga ada yang datang, menggenggam tangan tua ini, dan berkata Abah tidak sendiri."
Di balik senyum lelah seorang kakek penjual wayang, ada harapan yang tak ingin padam:
Harapan untuk hidup layak, harapan untuk tidak dilupakan, dan harapan bahwa dunia masih menyisakan kebaikan untuk seseorang bernama Abah Dayat.
Disclaimer: dana yang terkumpul akan di gunakan oleh Abah Dayat untuk kebutuhan sehari-hari,modal usaha,dan untuk mendukung penerima manfaat lainya di bawah naungan YAYASAN LENTERA PIJAR KEBAIKAN.
Langkah Tua Penjual Wayang Cepot
terkumpul dari target Rp 60.000.000
