
Pak Iyan Tukang Becak Berjuang untuk Ibu Lansia
terkumpul dari target Rp 50.000.000
Di tengah hiruk-pikuk ramainya ojek dan transportasi online, masih ada sosok seperti Pak Iyan (60 tahun) yang setiap hari tetap mengayuh becaknya dengan penuh harapan. Meski zaman sudah berubah, beliau tetap berkeliling kampung dari pagi hingga sore, berharap ada satu-dua penumpang yang menggunakan jasanya.

Namun kenyataannya, penghasilan Pak Iyan sering kali nihil. Dalam sehari, kalau pun ada rezeki, ia hanya membawa pulang sekitar Rp20.000 jumlah yang sangat jauh dari cukup untuk kebutuhan hidup.

Pak Iyan hidup bersama ibunya yang sudah lansia, yang kini sering sakit-sakitan dan hanya bisa berbaring di rumah kontrakan sederhana. Dinding rumahnya banyak yang bocor, lantainya lembab, dan kondisi bangunannya sudah tidak layak huni. Meski begitu, di sanalah beliau merawat sang ibu seorang diri.

Dulu, Pak Iyan memiliki istri, namun rumah tangga mereka tak mampu bertahan karena himpitan ekonomi. Kini, ia benar-benar menanggung beban hidup sendiri mencari nafkah, merawat ibu, dan membayar kontrakan setiap bulan.

Ia memiliki empat anak, tetapi kondisi ekonomi mereka pun tidak lebih baik. Bahkan, salah satu anaknya yang masih SMP terpaksa putus sekolah untuk bekerja membantu keluarga.

“Sering kali saya pulang tidak bawa uang sepeser pun. Kalau untuk makan, alhamdulillah ada tetangga yang baik suka bawain makanan untuk ibu. Saya bingung kalau harus bawa ibu berobat, tapi narik becak saja jarang dapat hasil...” tutur Pak Iyan dengan suara lirih.

Di usia yang tidak lagi muda, dengan kondisi penghasilan yang sangat minim, Pak Iyan tetap memilih bertahan. Beliau hanya ingin melihat ibunya tetap terawat dan bisa makan setiap hari.
#SahabatKebaikan, mari bantu Pak Iyan hidup lebih layak bersama ibunya yang lansia, agar sang nenek tidak lagi kelaparan dan dapat menjalani hari-hari dengan aman, nyaman.
Pak Iyan Tukang Becak Berjuang untuk Ibu Lansia
terkumpul dari target Rp 50.000.000
