
Puluhan Kilo Menahan Lapar, Bantu Abah Endang Penjual Cangcimen
terkumpul dari target Rp 50.000.000
"Abah, kenapa belum pulang?"
Sudah tiga hari lamanya Abah Endang belum kembali ke rumah. Bukan karena lupa waktu, tapi karena belum berhasil membawa pulang sepeser pun hasil jualan.
“Abah bingung, sudah 3 hari belum pulang. Mau pulang belum dapat uang...” ucapnya pelan, sambil tertunduk menahan lelah.
Setiap hari, Abah Endang (65 tahun) menyusuri jalanan kota dengan pikulan cangcimen, kacang, cimol, dan telur puyuh rebus yang dijualnya seharga Rp4.000. Tapi kadang, tak satu pun orang membeli.
Dagangan itu tak bisa disimpan lama. Kalau sudah terlalu lama, rasanya berubah. Kadaluarsa. Tak enak. Tak bisa dijual lagi.
Seringkali ia hanya bisa duduk menahan lapar. Kakinya bengkak, napasnya terengah, bahkan pernah jatuh karena keseleo saat sedang berjalan membawa dagangan.
Tapi Abah tetap memaksa jalan. Dari satu tempat ke tempat lain. Puluhan kilometer tiap hari. Meski lelah, meski sakit, meski kadang ditolak dan dicuekin oleh banyak orang.
“Abah udah gak kuat sebenernya... Tapi di rumah udah gak ada beras. Istri Abah juga lagi sakit,” lirihnya.
Sesakit apapun tubuhnya, Abah tetap melangkah. Karena ia tak bisa pulang tanpa membawa apa-apa. Ia tak mau istrinya di rumah menahan lapar sendirian.
Abah Endang hanya ingin satu hal punya usaha yang lebih layak!
#TemanBaik, perjuangan Abah Endang begitu luar biasa. Walaupun usianya yang telah renta, dengan menggunakan sisa tenaganya terus berjuang mengumpulkan pundi-pundi rupiah demi keluarganya dirumah. Kita bisa menemani Abah Endang dengan menyisihkan sebagian rezeki yang kita miliki agar hari ini Abah bisa pulang ke rumahnya dan berkumpul kembali dengan keluarga tercintanya

Puluhan Kilo Menahan Lapar, Bantu Abah Endang Penjual Cangcimen
terkumpul dari target Rp 50.000.000