
Topeng-Topeng yang Tak Laku Perjuangan Pilu Abah Didi
terkumpul dari target Rp 50.000.000
Tak semua perjuangan terdengar riuh di tengah keramaian kota. Seperti kisah Abah Didi, Lansia berusia 68 tahun yang tetap setia menjajakan balon dan topeng anak-anak, meskipun zaman sudah jauh berubah. Di usianya yang tak lagi muda, ia masih berjalan kaki keliling kota. “Zaman sekarang anak-anak udah jarang main kayak dulu, tapi Abah mah tetap usaha,” katanya sembari menata dagangan. Kadang, semangat memang tumbuh dari harapan kecil yang terus dirawat.
Setiap harinya, sejak langit baru memerah oleh sinar pagi, Abah sudah mendorong gerobaknya yang renta menyusuri jalanan. Ia berkeliling sejauh belasan kilometer meski tubuhnya sering kali mengeluh lelah. “Abah berangkat jam setengah tujuh, kalau dapat tempat yang ramai ya syukur” ucapnya sambil menarik napas panjang. Ada banyak cara bertahan di kerasnya hidup, dan ini adalah cara Abah.
Sayangnya, usaha keras itu tidak selalu berbuah manis. Rata-rata dalam sehari, Abah hanya mendapatkan untung 10 hingga 20 ribu rupiah saja. Itu pun belum tentu cukup untuk makan dan kebutuhan lain. “Cuman 15 ribuan rata-rata, karena memang sekarang lagi sepi banget jadi Abah belum bisa menghasilkan banyak. Ini kontrakan juga belum bisa Abah bayar karena ga ada uangnya, terpakai terus sama makan sehari-hari” katanya dengan senyum yang menyembunyikan letih. Di balik dagangan yang tampak ceria, ada kenyataan hidup yang tak mudah dijalani.
Dengan penghasilan yang minim, kontrakan tempat tinggal Abah di kota pun mulai menunggak, bahkan sudah dua bulan belum terbayar. “Abah belum bisa bayar kontrakan, duitnya habis terus buat makan,” ucapnya sambil menatap sedih ke kejauhan. Ia hidup sendirian di kota, jauh dari keluarga yang masih tinggal di kampung. Namun, hatinya tak pernah jauh dari rumah.
Meski hanya bisa menyisihkan sedikit uang untuk dikirim ke anak dan istri, Abah tak pernah menyerah. Ia hanya ingin anaknya tetap bisa sekolah. “Cukup cuma sama nasi dan gorengan aja nak Abah mah, soalnya kalau ga gitu Abah ga bisa ngirim uang ke anak istri di kampung”. Makan pun seadanya, sering kali hanya dengan nasi dan gorengan.
#TemanBerbagi, di usianya yang hampir menginjak 70 tahun Abah tetap berjuang berjualan demi bisa menyambung hidup, walau hasilnya sangatlah minim. Jika punya modal, Abah ingin sekali bisa menambah variasi dagangannya dan bisa mengganti roda gerobaknya yang sudah usang. Hal ini agar Abah bisa mendapatkan pendapatan yang lebih layak lagi. Yuk kita bantu temani perjuangan Abah meraih usaha impiannya!!

Topeng-Topeng yang Tak Laku Perjuangan Pilu Abah Didi
terkumpul dari target Rp 50.000.000