
Pilu! Lansia Tukang Cukur BertubiTubi Ditimpa Kesulitan
terkumpul dari target Rp 50.000.000
Jika bisa bertukar posisi, Mak Tety ingin gantikan rasa sakit yang diderita sang anak.
Cobaan bertubi-tubi nyatanya harus terus dirasakan oleh keluarga Mak Tety (70 tahun), belum pulih ujian yang dihadapi karena sang suami jatuh sakit karena stroke. Tak berselang lama sang anak pun, Chinta (29 tahun) mengidap penyakit gagal ginjal kronis yang sudah dideritanya hampir 1 tahun ini.
Kondisinya sudah sangat memprihatikan, kedua tangan dan kakinya membengkak dan perutnya pun semakin membuncit.
Sang suami, Abah Aan tidak pernah menjalani pengobatan. Karena keterbatasan biaya. Mereka lebih memilih untuk mencari biaya pengobatan untuk Chinta. Saat ini Chinta harus menjalani cuci darah rutin seminggu 2kali. Karena jika Chinta tidak menjalani cuci darah rutin, maka kondisinya akan semakin menurun dan yang paling terburuk bisa kehilangan nyawanya.
"Kasian Chinta, setelah sakit ginjal dia ditinggal suaminya. Selama ini gak pernah tanggung jawab. Abah bilang, Abah mah gak usah berobat, Teteh aja yang berobat" Ujar Mak Tety sambil menangis
Saat ini Mak Tety lah yang menjadi tulang punggung keluarga, kesehariannya hanya mengandalkan dari jasa cukur keliling. Setiap pagi hingga sore hari ia keliling kampung untuk menawarkan jasa cukurnya. Mak tidak pernah mematok harga jasa cukurnya.
"Namanya juga dikampung gak bisa matok harga, ya seikhlasnya saja Mak mah. Kadang ada yang gak bayar, paling gak tega kalau ada anak kecil nangis pengen di cukur tapi gak punya uang, Mak gak pernah mintain uangnya, ikhlas Mak mah. Apalagi sekarang Mak lagi kesusahan, itung itung sedekah" Ucap Mak Tety
Dalam sehari penghasilannya tak menentu, berkisar 20-60 ribu. Seringkali Mak Tety harus menahan rasa laparnya ketika berkeliling. Hal itu dilakukan agar Mak bisa membawa uang lebih kerumahnya.
Perjuangannya tidak sebanding dengan yang didapat, bayangkan selain untuk mencari kebutuhan makan sehari hari suami dan anaknya. Mak Tety pun harus mencari biaya pengobatan untuk sang anak. Obat obatan yang tidak tercover BPJS dan ongkos untuk ke rumah sakit memerlukan biaya yang tidak sedikit. Rasa lelah yang harus dirasakan oleh Mak Tety, selain harus merawat anak dan suaminya, iapun harus mencari nafkah untuk keluarganya.
Pilunya, kalau tidak ada penghasilan sama sekali, Mak Tety dan keluarga hanya menahan lapar dirumahnya. Pernah suatu malam ketika Chinta sesak napas, karena tidak ada uang Mak berkeliling ke tetangga untuk cari pinjaman, karena harus mengisi tabung oksigen.
Hal yang memotivasi Chinta ingin sembuh dan bisa bertahan sampai saat ini adalah anak semata wayangnya. Saat ini sang anak tinggal bersama mantan suaminya.
"Kasian Chinta kadang kalau sesak napas gak pernah bilang, ia harus menahan sesak dan sakit seharian, katanya kasian Mak terlalu banyak merepotkan."Ucap Mak Tety
Seiring berjalannya waktu kondisi kesehatan Mak Tety semakin menurun, sampai kapan ia harus berjuang dijalanan?
Dari lubuk hati yang terdalam, Mak Tety jika memiliki rezeki ingin sekali mempunyai usaha kecil-kecilan dirumahnya agar bisa sambil merawat anak dan suaminya.
Sahabat Kebaikan, Mak Tety dan keluarga memang tidak pernah mengeluh namun beban yang mereka pikul sangatlah berat.
Yuk berikan semangat dan ukir senyum di bibir mereka dengan bersedekah. Sekecil apa pun rezeki yang sahabat sisihkan akan berarti besar bagi keluarga Mak Tety.
Disclaimer : Donasi yang terkumpul akan digunakan untuk memenuhi segala keperluan Mak Tety dan keluarga. Selain itu, akan digunakan untuk implementasi program dan para penerima manfaat lainnya dibawah naungan Yayasan Global Sedekah Movement.
Pilu! Lansia Tukang Cukur BertubiTubi Ditimpa Kesulitan
terkumpul dari target Rp 50.000.000