
Rumah Nyaris RobohLansia SebatangKara Menyeret Langkah
terkumpul dari target Rp 50.000.000
Seret langkah tergores merangkai perjuangan tubuh gontai, digendong tas berisi tumpukan baju untuk dijajakan.
"Abah jualan baju punya orang lain.. buat makan sama berobat, rumah juga mau roboh", tutur sedih tersampai dengan lirih.
Beliau Abah Edin (70), lansia sebatangkara yang memperjuangkan kehidupan dengan keras. Setelah beberapa tahun lalu jatuh dari pohon nira dan menyebabkan kakinya lumpuh untuk beberapa waktu, beliau dan istrinya mengidap penyakit TB Paru hingga sang istri meninggal dunia. Perih kehidupan masih terasa sampai saat ini, tak kala di kesendiriannya sesak seringkali terasa menganyam lara di usia senja.
Dinding lapuk dan celah besar meneropong runyamnya kehidupan yang Bah Edin jalani. Tanpa alas layak, terbaring tubuh rapuh yang dipaksa mampu menopang kehidupan setiap harinya. Saat hujan tiba, dipilihnya lantai kayu yang terhindar dari bocor agar bisa sejenak beristirahat. Belum lagi, temaram gelap malam dengan setia menemani kesendirian Abah karena tak ada aliran listrik yang terpasang.
Kebas kaki dan sesak nafas acapkali terhirau sebab kepentingan menyambung hidup lebih terasa menyesakkan sehingga terus beliau perjuangkan. Sedikit beras dan tabungan untuk berobat selalu Abah usahakan di setiap langkahnya. Beberapa kilometer beliau tempuh hanya untuk keuntungan dari 4-5 potong pakaian yang terjual berkisar 5ribu-15ribu rupiah.
Baju lusuh dan ringkih tubuh diseret langkah pincang karena kaki kanan yang patah saat terjatuh menjadi saksi derai usaha yang Bah Edin lakukan. "Cape banget, suka sesak.. telinga juga udah gak terlalu denger, kalau ada yang manggil buat beli suka ga kedengeran..", Bah Edin mengadu pendengarannya yang kian hari kian berkurang.
Reyot rumah yang semakin miring menjadi beban terberat bagi Abah. Bingung terasa jikalau suatu waktu rumahnya rubuh, tempat mana yang bisa memberikan beliau perlindungan. "Abah gak mau pasrah begitu aja, usaha abah mau berobat terus benerin rumah biar gak merasa was-was terus.. Takut roboh tiba-tiba, nanti abah mau kemana?", genangan kesedihan tertumpah mengingat begitu bingungnya Abah Edin meski tak kurang usaha yang beliau lakukan. Harapannya untuk hidup di rumah yang layak selalu disemogakan di setiap doa yang beliau panjatkan.
Insan Baik, patungan yuk untuk ringankan beban berat Abah? Sama-sama kita upayakan mimpi abah untuk renovasi dan punya rumah layak di usia senja!
Disclaimer: Donasi yang terkumpul akan disalurkan untuk pemenuhan sandang pangan, renovasi rumah dan biaya pengobatan. Sebagian donasi juga akan disalurkan untuk penerima manfaat lain di bawah naungan Amal Baik Insani.

Rumah Nyaris RobohLansia SebatangKara Menyeret Langkah
terkumpul dari target Rp 50.000.000